Menatap Pesona Sunset Bumi Tanadoang

Menatap Pesona Sunset  Bumi Tanadoang

Selasa, 06 Maret 2012

Selayar Matangkan Persiapan Jelang Penilaian Kota Adipura


Menyambut pelaksanaan penilaian kota Adipura yang dijadwalkan akan berlangsung pada akhir bulan maret tahun 2012 mendatang, Pemerintah Kecamatan Benteng yang dinakhodai Drs. Syafruddin, MH bersama segenap jajarannya kembali disibukkan dengan agenda evaluasi pembenahan dan penataan kebersihan kota Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar.
            Hal tersebut terungkap dari pertemuan lintas koordinasi antara pemerintah kecamatan Benteng dengan instansi tekhnis Dinas Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Kepulauan Selayar hari Selasa, (6/3) siang.
            Pertemuan yang dihadiri Lurah Benteng Selatan, Patta Bau, S.Sos, Sekretaris Lurah Benteng Utara, Syamsul Amir, Stp dan Lurah Benteng, Andi Asling, S.Sos ini terungkap penyebutan sejumlah nama lokasi yang akan menjadi sasaran penataan dalam rangka menyambut dan menyukseskan penilaian kota adipura tahun 2012.
Disamping pertemuan ini juga, sengaja digelar untuk menentukan batas wilayah pemerintahan masing-masing kelurahan, serta penentuan titik rawan yang dinilai penting untuk mendapatkan perhatian pembenahan. 
            Dalam petemuan lintas koordinasi ini, terungkap adanya rencana pelibatan masyarakat dalam kegiatan kerja bakti massal yang dijadwalkan akan berlangsung sampai dengan akhir bulan maret tersebut, termasuk rencana pembenahan pintu gapura dan batas masing-masing wilayah kelurahan yang sementara masih dalam tahap pengusulan ke meja bupati.
            Pernyataan ini disampaikan Lurah Benteng, Andi Asling, S. Sos yang sekaligus merupakan promotor utama dalam kegiatan pengusulan rencana pembangunan pintu gapura dan batas wilayah kelurahan di dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Benteng ini.
            Sejauh ini, Pemerintah Kelurahan Benteng  telah menggalakkan kegiatan sosialisasi penilaian adipura  melalui masjid-masjid yang berada di dalam wilayah kepemimpinannya yang salah satu sasaran akhirnya adalah untuk menciptakan hadirnya kehidupan masyarakat yang sadar, akan arti pentingnya, kebersihan, kelestarian, dan keindahan lokasi pemukiman.
Terkait hal ini, Kepala Dinas Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Kepulauan Selayar, Drs. Odding Karim, MH mengakui, sejauh ini pihaknya telah melakukan serangkaian persiapan dalam rangka menghadapi kegiatan penilaian adipura di daerah kerjanya.
Sedikitnya lima unit armada mobil pengangkut sampah telah disiapkan Dinas Kebersihan & Pertamanan untuk memback up maksimalisasi pengangkutan sampah di dalam areal kota Benteng dan sekitarnya.
Selain, pihaknya juga telah menyediakan sepuluh unit armada motor sampah yang salah satu diantaranya merupakan bantuan Bank Sulsel Cabang Kepulauan Selayar.
Persiapan lain, turut dilakukan bidang pengelolaan & pembuangan akhir sampah Dinas Kebersihan & Pertamanan melalui ketersediaan fasilitas eskavator, mobil tinja, dan satu unit armada mobil wc berjalan.
Kesiapan Dinas Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Kepulauan Selayar ini turut diaminkan Kepala Bidang pengelolaan & pembuangan akhir,  Drs.Bahtiar Dg. Pattale kepada wartawan di sela-sela pertemuan lintas koordinasi yang terpusat di ruang kerja Kepala Dinas Kebersihan & Pertamanan.(fadly syarif)   

Bercermin Pada Konsistensi Drs. H. Tasman Dalam Meningkatkan Kualitas Siswa SMANSA Benteng

Peningkatan sumber  daya manusia (SDM,red) melalui dukungan ketersediaan infrastruktur dasar ruang kelas belajar bersifat refresentatif menjadi sebuah hal  yang tak lagi dapat terelakkan di tengah meningkatnya alokasi anggaran pembangunan dunia kependidikan yang terus menerus digelontorkan pemerintah Indonesia pada setiap tahun anggarannya.
Terkhusus, dalam rangka menyukseskan keberlangsungan program wajib belajar sembilan tahun dan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya sebagaimana yang di gariskan oleh UUD 1945.
Hal inilah yang selanjutnya, mengilhami dan menjadi dorongan kuat bagi  jajaran dewan guru di lingkungan SMA Negeri 1 Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar untuk segera melakukan proses perampungan terhadap pembangunan empat unit ruang kelas belajar baru (RKB, red) seluas 8 x 36 meter.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Benteng, Drs. H. Tasman kepada wartawan mengungkapkan, “biaya pembangunan empat unit ruang kelas belajar baru di lingkungan sekolah yang dipimpinnya saat ini berasal dari lokasi anggaran dana bantuan sosial (BANSOS, red) senilai kurang lebih empat ratus delapan puluh juta rupiah.
Dia mengisyaratkan, perampungan pembangunan empat unit ruang kelas belajar tambahan di lingkungan SMA Negeri 1 Benteng ini dengan sendirinya telah menggenapkan total jumlah ruang kelas belajar di sekolah yang dimpinnya menjadi dua puluh unit.
            Ke empat ruang kelas belajar baru ini diharapkan mampu untuk menampung seratus enam puluh orang pendaftar siswa baru, untuk selanjutnya masing-masing ruangan akan diisi dengan empat puluh orang siswa.
            Bila pun pendaftar calon siswa baru mengalami pengurangan dari yang ditargetkan, maka ke empat ruang kelas belajar baru ini diharapkan, paling tidak akan mampu menampung seratus dua puluh orang siswa baru dengan estimasi pembagian terendah, masing-masing ruang kelas akan diisi melalui penempatan tiga puluh dua orang siswa.
            Sementara itu, untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan pendaftar calon siswa baru di lingkungan SMANSA Benteng, pihaknya berharap, agar pada tahun 2013 mendatang, pemerintah pusat dapat  kembali menggolontorkan alokasi biaya pembangunan ruang kelas belajar baru untuk sekolah menengah atas, di wilayah Provinsi Sulawesi-Selatan pada umumnya, Kabupaten Kepulauan Selayar, pada khususnya.
            Hal itu didasarkannya pada pertimbangan, kebutuhan penambahan empat bangunan ruang kelas belajar baru untuk  bisa menampung siswa kelas satu setiap tahunnya. Terlebih lagi, ruang kelas belajar yang tersedia saat ini hanya mampu menyerap dua puluh kelompok rombongan belajar. Sementara, kelompok belajar yang ada total keseluruhannya mencapai dua puluh empat rombongan belajar.
            Upaya penambahan bangunan empat unit ruang kelas belajar baru pada tahun 2013 mendatang, diharapkan akan mampu menciptakan kualitas proses belajar mengajar yang lebih efisien dan tepat sasaran, tanpa harus menimbulkan gangguan yang berarti bagi keberlansungan proses PBM pada ruang kelas belajar lain, tandas putra kelahiran Kabupaten Bulukumba ini.(fadly syarif)
  

Satpol PP Kepulauan Selayar Siap Maksimalkan Penegakan Peraturan Daerah


Mengawali tahun 2012, Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Kepulauan Selayar, kembali menciptakan serangkaian langkah terobosan untuk menunjang maksimalisasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, dalam mengawal langkah penegakan peraturan daerah.
Salah satu langkah terobosan tersebut, dituangkan dalam bentuk kegiatan penerimaan dan recruitmen terhadap 70 orang tenaga polisi pamong praja baru.
Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja, Ar. Krg. Gassing kepada wartawan mengungkapkan, “keberadaan tenaga polisi pamong praja baru  di lingkungan Satpol PP Kabupaten Kepulauan Selayar ini, diharapkan mampu memberi kontribusi bernilai plus, terutama dalam pelaksanaan fungsi dan tugas pokok aparat satuan polisi pamong praja di lapangan”.
Kedepannya, aparat satuan polisi pamong praja Kabupaten Kepulauan Selayar diharapkan dapat lebih maksimal di dalam menjalankan tugas dan fungsi pengawasannya terhadap segala bentuk tindak pelanggaran ketentuan peraturan daerah. 
Salah satu contohnya, yakni peningkatan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan kayu tak berizin yang akhir-akhir ini kembali marak terjadi. Disamping, masih  santernya issu seputar kegiatan illegal fishing baik, pengeboman, pembiusan ikan, maupun kegiatan pengangkatan dan pengolahan karang laut, sejenis bambu laut, dan karang merah yang diduga masih kerap terulang di beberapa titik perairan di dalam wilayah perairan Kabupaten Kepulauan Selayar, tandas Krg. Gassing.
Terkait upaya peningkatan kinerja aparat satuan polisi pamong praja di daerah ini, Ar. Krg. Gassing tidak henti-hentinya meminta bantuan partipasi dan peran serta masyarakat luas untuk sedini mungkin menyampaikan dan melaporkan indikasi terjadinya tindak pelanggaran peraturan daerah dengan sesegera mungkin melayangkan pengaduan secara langsung dan terbuka ke sentra pengaduan masyarakat yang terpusat di kantor satuan polisi pamong praja di ruas jalan Jenderal Ahmad Yani, Benteng Selayar. (fadly syarif)  
 
   

Minggu, 04 Maret 2012

Pemkab Kepulauan Selayar & Kampus Unhas Tandatangani MoU Pengelolaan Sumberdaya Kelautan


Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, menggaet Universitas Hasanuddin (Unhas, red) Makassar untuk terlibat dalam pengkajian, pengembangan, dan pengelolaan sumber daya laut dan perikanan di pulau-pulau kecil dan Pulau Takabonerate.
Nota kesepahaman (MoU) pelaksanaan kerja sama pekerjaan tersebut ditandatangani di Kampus Unhas  Makassar, Rabu (29/2), antara Rektor Unhas Prof Dr Idrus A Paturusi dan Bupati Kepulauan Selayar Drs. H. Syahrir Wahab, MM, disaksikan pejabat kedua pihak.
Pada kesempatan yang sama, Unhas juga menandatangani nota kesepahaman dengan Coral Triangle Center (CTC) yang berkedudukan di Sanur Bali, diwakili Riry Jauhari, MSc, sebagai mitra dalam pelaksanaan pengkajian sumberdaya kelautan dan perikanan di Kabupaten Kepulauan Selayar.
Kerjasama yang berlangsung tiga tahun dan dapat diperpanjang atau dihentikan atas kesepakatan kedua pihak itu, mencakup pelaksanaan penelitian, pengembangan dan pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan serta pengembangan pulau-pulau kecil untuk kepentingan pendidikan, ekonomi, wisata di Pulau Takabonerate. Termasuk juga di dalamnya adalah kegiatan desiminasi, sosialisasi dan advokasi.
Unhas akan melaksanakan kerja sama ini di lapangan dengan ujung tombak Pusat Penelitian, Pengembangan, dan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Unhas. Sementara kerja sama dengan CTC dititikberatkan pada hubungan kerja profesional yang menguntungkan para pihak dalam pelaksanaan kerja sama ini.
Oleh sebab itu dengan Unhas, CTC akan berupaya mewujudkan konservasi sumberdaya kelautan dan perikanan, melaksanakan pendidikan dan pelatihan, pengelolaan wilayah, kemitraan dan pengabdian pada masyarakat, serta melaksanakan studi kasus tentang konservasi laut.
Rektor Unhas Idrus A Paturusi menyambut baik kerja sama ini, karena Unhas memiliki sumber daya manusia yang dapat bermitra dengan Pemkab Kepulauan Selayar. "Ini merupakan satu kesempatan baik, apalagi ada satu pulau kosong yang dapat digunakan untuk mengembangkan sektor peternakan sapi, kata Idrus Paturusi.
Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar Syahrir Wahab mengatakan, wilayah yang dipimpinnya memiliki 130 pulau, 29 pulau di antaranya pulau berpenduduk. Di Kepulauan Takabonerate sendiri terdapat 27 pulau, baru tujuh pulau di antaranya yang sudah berpenghuni. "sedang luas daratan Kabupaten Kepulauan Selayar sendiri mencapai, 1.357,03 km persegi dan laut seluas 9.146,66 km persegi," ujar bupati jebolan Fakultas Sosial Politik Unhas tersebut.
Menurut dia, Selat Selayar termasuk celah yang sangat padat dilalui kapal, setelah Selat Malaka. Perairan bagian timur berbatasan dengan laut dalam. Tempat migrasinya berbagai jenis ikan yang sangat potensial bagi pemenuhan kebutuhan cadangan ikan secara nasional maupun global.
Kabupaten Kepulauan Selayar, lanjut Bupati, juga merupakan salah satu titik dari segitiga terumbu karang dunia. Segitiga terumbu karang ini merupakan sebuah istilah yang digunakan dengan mengacu pada segitiga perairan laut tropik dari Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Salomon, dan Timor Leste. Di wilayah segitiga terumbu karang ini kata Syahrir, hidup sedikitnya 500 jenis species ikan.(*)

Rumah Berukuran 5x8 Meter Saksi Bisu, Kehiupan Miskin Elias Idris & Keluarga

Dikala sebahagian warga masyarakat masih terlelap dalam tidur panjang dan buaian mimpi-mimpi indahnya, Elias Idris (40 thn), justeru sudah harus bangun menyambut pagi yang ceria sembari menggayuh becak menuju ruas jalan. 
Tempat di mana, dia harus memulai rutinitas paginya sebagai seorang petugas penyapu jalan kota. Sebuah profesi yang sangat riskan menimbulkan penyakit inveksi saluran pernafasan atau yang dalam bahasa medisnya acap kali disingkat dengan sebutan penyakit Ispa. 
Terlebih lagi, dalam menjalankan rutinitas kesehariannnya, Elias sama sekali tidak mengenakan alat proteksi kesehatan, semisal masker penutup hidung dan mulut, untuk mengurangi efek samping yang disebabkan oleh debu jalanan beterbangan, saat sapu lidinya mulai beraksi menyingkirkan sampah berserakan di pinggiran jalan.
Melakoni rutinitas mencari nafkah di jalanan, tentulah merupakan sebuah pekerjaan yang sangat beresiko dan berbahaya. Karena maut, seakan tak pernah berhenti mengintai kehidupan bersamaan, dengan kian padatnya jumlah kendaraan yang hilir mudik di ruas-ruas jalan utama perkotaan.
Namun, Elias tak punya pilihan lain, terkecuali harus tetap melakoni kehidupan kesehariannya itu sebagai seorang petugas penyapu jalan, meski gaji yang dia diperoleh setiap bulannya, masih terbilang sangat minim dan betul-betul hanya cukup untuk menutupi kebutuhan sembilan orang anggota keluarganya.
Gaji senilai lima ratus ribu rupiah perbulan yang diterima Elias dari Dinas Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Kepulauan Selayar, terkadang hanya cukup untuk menutupi kebutuhan biaya perbaikan rumah, dan pembayaran sewa tanah, lokasi pembangunan rumahnya, kepada Sang pemilik lahan, bernama, Dg. Sandak.
Di dalam bangunan rumah berukuran 5x8 meter, berdinding, papan dan seng-seng bekas, yang ruang tamu serta kamar tidurnya, hanya dipisahkan oleh selembar kain pelaminan bekas berwarna hitam inilah, Elias Idris, bersama sembilan orang anggota keluarganya yang lain melewatkan suka duka kehidupan selama kurun waktu lima belas tahun.
Meski keluarga ini, harus melewatkan roda kehidupan dan tinggal berteduh di bawah atap rumah bocor dengan atap bagian depan rumah yang terbuat dari bahan baku gamacca yang mulai terlihat memprihatinkan tingkat kerusakannya. Belum  lagi, dinding bagian depan rumah yang terdiri beberapa lembar papan bekas berwarna kusam.
Tiga lembar diantaranya, bahkan telah sempat  dilumuri cat warna biru. Tapi, persoalan biaya lagi-lagi harus menjadi kendala untuk merampungkan proses pengecatan dinding rumah berukuran mungil sederhana ini. 
Sementara, sumur yang sehari-harinya dijadikan sebagai  sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan vital keluarga ini hanya tampak dipagari dengan dua buah ban mobil bekas. Kemudian disampingnya, terlihat pula sebuah dudukan wc tanpa dinding, beralaskan lantai semen yang tampak mulai mengalami keretakan di sana-sini.
Di atas lantai semen tanpa dinding ini pula, sang penghuni rumah meletakkan ember, dan baskom yang akan mereka gunakan dalam menyelesaikan pekerjaannya, baik mencuci pakaian, maupun mencuci piring dengan dukungan rak piring berbahan baku papan bekas seadanya.
Potret kemiskinan semakin lengkap terlihat dari tali jemuran yang menggelantung di samping kiri-kanan rumah, selain juga terlihat sebuah rak sepatu yang lagi-lagi dibuat pemiliknya dari bahan baku papan bekas.
Syukur-syukur, masih terdapat beberapa pot tanaman berisi bunga segar yang sedikit mengurangi nuansa ke kumuhan di sekitar areal pekarangan rumah ini. Sedangkan, ruang tamu harus difungsi gandakan sebagai kamar tidur, dan ruang makan.
Bahkan, anggota keluarga di rumah ini terkadang harus tidur melantai di ruang tamu dengan menggunakan alas tikar seadanya untuk menghindari pengaruh resapan dingin lantai.
Kondisi yang tak jauh berbeda, juga  sangat kontras terlihat pada bagian ruang tengah rumah yang juga ikut difungsi gandakan sebagai ruang nonton keluarga, dapur, dan tempat meletakkan dua buah tempat tidur, yang salah satu diantaranya, hanya ditutupi oleh selembar papan bekas.
     Himpitan ekonomi dan kemiskinan, bahkan tak pernah dirasakan keluarga ini sebagai sebuah bentuk kekurangan. Karena satu hal yang pasti, bahwa roda  kehidupan  masih sangat panjang dan harus tetap berlanjut.
Berangkat dari motivasi ini, seusai melakukan tugas rutinnya sebagai seorang petugas penyapu jalanan, Elias tak jarang terlihat ikut nangkring di pangkalan becak yang banyak dilalui para pejalan kaki, semisal, di areal pasar TPI Bonehalang, Tribun Lapangan Pemuda Benteng, dan kompleks ex. pasar sentral lama Benteng, yang kini tinggal menyisakan puing-puing.
Dalam penuturannya kepada wartawan, Elias Idris (40 thn) mengakui, untuk seharinya, dia bisa mengumpulkan uang tambahan sampai dua puluh ribu rupiah yang diperoleh dari profesi sampingannya sebagai penggayuh becak keliling kota Benteng.
Beruntung, ekonomi keluarganya masih dapat ditopang oleh penghasilan, Bau Isa (45 thn), istrinya yang sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci di rumah salah seorang perwira polisi di daerah ini dengan upah seratus lima puluh ribu rupiah perbulan.
Baru belakangan ini, Bau Isa resmi bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga, tentu dengan upah tiga ratus ribu rupiah perbulan. Upah yang sedikit lebih tinggi dari penghasilannya sebagai seorang buruh cuci. Kendati, dia  harus meninggalkan rumah, sejak dari pagi sampai pada pukul 21.00 WITA, kenangnya kepada wartawan media ini. (*)

TOP RELEASE

Gaul Cell Selayar

Gaul Cell Selayar
Jual Beragam Jenis Telefon Selular & Melayani Service Kerusakan Ponsel
Powered By Blogger