Menatap Pesona Sunset Bumi Tanadoang

Menatap Pesona Sunset  Bumi Tanadoang

Senin, 28 November 2011

Desa Jinato Bangkit Sebagai Industri Pembuatan Perahu

         Pulau Jinato merupakan salah satu dari sembilan gugusan pulau berpenduduk yang secara administratif berada di bawah pemerintahan Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan.  
Pulau ini dihuni oleh kurang lebih 284 kepala keluarga yang terdiri atas 241 orang penduduk laki-laki dan 43 orang penduduk wanita. Secara keseluruhan penduduk tersebut tinggal mendiami 38 unit rumah permanen, dan 30 unit rumah semi permanen.
Bahkan, sampai saat ini masih terdapat sebahagian warga lain yang harus tetap tinggal mendiami 152 unit rumah non permanen. Meski dari segi ekonomi, kehidupan masyarakat di daerah ini rata-rata terlihat telah lebih mapan.
Dimana hal tersebut, dapat dibuktikan dari deretan ratusan unit perahu jollor di sepanjang pesisir pantai Desa Jinato yang sehari-harinya menjadi motor penggerak roda perekonomian masyarakat nelayan pesisir setempat.
Laju pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Jinato juga sangat jelas terlihat dari keberadaan 21 unit kios, berikut, 2 unit warung, dan satu unit pasar desa sebagai pusat transaksi ekonomi terbesar di tingkat desa.
Kendati sebelumnya, Pulau Jinato tak lebih dari sekedar gugusan pulau kosong tak berpenghuni yang oleh masyarakat selanjutnya disulap menjadi kawasan pembibitan pohon kelapa dengan memberdayakan lahan seluas 27 Ha.
Bersamaan dengan kian padatnya jumlah penduduk di desa itu, masyarakat pun mulai bangkit mengembangkan pulau Jinato sebagai basis pengembangan wilayah peternakan 342 ekor ayam kampung, dan 220 ekor bebek.
Hingga akhirnya, Pulau Jinato mengalami perkembangan yang kian pesat sebagai kawasan pengembangan peternakan 7 ekor kambing dan 7 ekor sapi bali bantuan dari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulsel.
Sehingga dengan demikian, sempurnalah sudah keberadaan Pulau Jinato sebagai pusat pengembangan roda perekonomian masyarakat pesisir, terutama setelah mulai berkembangnya program keramba apung tancap dan industri pembuatan perahu tradisional yang dalam perkembangannya mulai banyak dilirik oleh pemesan dari luar Desa Jinato, tanpa terkecuali oleh Gubernur Sulsel, DR. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH.
Usai membuka kegiatan Takabonerate Island Expedition III, Syahrul meminta kalangan pers untuk dapat memaksimalkan promosi Pulau Jinato sebagai kawasan industri pembuatan perahu di Sulawesi-Selatan.
Penegasan itu disampaikannya, setelah mendengar informasi warga masyarakat setempat tentang harga pesanan perahu buatan Pulau Jinato yang nilainya berkisar antara Rp. 40 juta sampai Rp. 60 juta persatu pesanan.
Tolong abadikan gambar perahu buatan masyarakat Pulau Jinato dan tulis bahwa Jinato tak hanya dikenal dengan Taman Laut Nasional Takaboneratenya. Akan tetapi, Jinato juga merupakan kawasan industri pembuatan perahu, cetusnya sesaat sebelum bertolak meninggalkan Pulau Jinato dengan menggunakan helikopter. (*)

Blogger AM Snorkeling di Taka Bonerate

Setelah menempuh perjalanan sekira 8 jam dari Kota Benteng, tepat pukul 22.00 WITA, 9 anggota Komunitas Blogger Anging Mammiri Makassar pun berhasil menapakkan kaki di dermaga Pulau Jinato.
Di pulau inilah Genderang "Taka Bonerate Islands Expedition (TIE III)  ditabuh" oleh Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo pada hari Senin, 21 November 2011.
TIE merupakan agenda tahunan Pemprov Sulsel dan Pemkab Kepulauan Selayar untuk mengangkat keindahan kawasan terumbu karang eksotik dan kawasan atol ketiga terbesar dunia yang terdapat di Takabonerate.
162 rombongan yang ikut dalam trip pertama ini kemudian menikmati makan malam di rumah Kades Jinato, sebelum kami diantar ke rumah Asfar, yang akan menjadi "home stay" peserta dari AM.
Suasana pulau yang didominasi warga turunan Bugis asal Sinjai ini terlihat begitu meriah. Warga bersukacita. Di pulau ini, jalan telah berlapis semen, pantai yang dulunya mudah terkikis air laut kini telah dipasangi tanggul, dermaga pun sudah ada.
Sebagai pekerja LSM konservasi kelautan yang pada tahun 1996 pernah bertugas di pulau Jinato, saya sangat merasakan situasi yang begitu berbeda. Bahkan, keesokan harinya kami langsung menjejal terumbu karang di bagian barat Pulau Tinabo Besar untuk snorkeling.
Pulau yang kini dikelola oleh Balai Taman Nasional Taka Bonerate ini menawarkan keindahan karang dan ikan hias. Nursamsu, karyawan BPD Unit Syariah Maros, bahkan mencoba "dive intro" dipandu instruktur selam PADI Nazrun Jamil di sana. Rela merogoh koceknya demi pengalaman pertama menyelam di Taka Bonerate.
"Saya terkesan sekali, serasa ingin lama dalam air" kata Suwardi Daeng Mappe, blogger lainnya yang baru kali ini melihat pesona Taka Bonerate dengan snorkeling.(*)

Ince Langke Semarakkan Hari Jadi Selayar


Anggota Komisi D DPRD Ince Langke mengingatkan kepada tokoh- tokoh Selayar di Makassar untuk menyemarakkan hari jadi Selayar yang akan dihelat pada tanggal 29 November 2011.

"Ini akan menjadi ajang buat kita untuk membangun semangat ber-Selayar guna menghilangkan perbedaan. Jangan sekedar seremonial tapi makna dan motivasinya apa lagi Takabonerate akan menjadi tempat wisata level Nasional,"kata Wakil ketua DPD I Golkar Sulsel yang dinonaktifkan sejak 2010 tersebut di ruang kerjanya, Kantor DPRD Sulsel, Makassar, Kamis (24/11/2011).
"Jadi dengan adanya semangat ber-Selayar tentu menjadi modal sumber daya manusia dalam menopang wisata kebanggan kita, itu kan sudah Sknya dari Mengko Kesra, "kata perintis hari jadi Selayar ini pada 29 November 1992.
Menurut mantan ketua DPRD Selayar dua periode ini, ingin membentuk ikatan solidaritas guna dijadikan ikatan untuk  kemudian diarahkan untuk sumberdaya pembangunan wisata Selayar. "Itulah yang kita mau telusuri dulu, ikatan apa ini yang kita pakai untuk ikatan semangat berselayar," tutur Ince.(*) 

Mengawali Pagi Bersama Dua Manusia Super Dari Pulau Bonerate

Embun pagi masih tampak membasahi lembaran dedaunan, di kala kuterjaga dari tidur panjangku, setelah semalaman suntuk aku mengarungi perjalanan dengan menumpangi kapal motor kayu dari ibukota Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar untuk bisa tiba di Kecamatan Pasimarannu.
Mengawali hari Jum’at pagi yang cerah, tanpa banyak membuang waktu, aku langsung melanjutkan perjalanan penelusuranku ke Dusun Limbo, Desa Batu Bingkung, untuk bertemu dengan Jumu’ seorang lelaki penderita cacat tuna netra yang disebut-sebut memiliki beragam kelebihan, salah satu diantaranya ilmu kekebalan.
Mengawali pertemuanku dengan Jumu’ kutarik bungkusan rokok class mild yang selalu menjadi teman setia dalam setiap perjalanan expedisi liputanku ke manapun aku melangkah.
Kubakar ujung luarnya, sembari menawari Jumu’ yang sedari tadi memandangiku. Setelah beberapa menit berbincang dengan Jumu. Akupun bergegas meninggalkan rumah kayu berukuran sederhana yang setiap harinya menjadi tempat kediaman Jumu bersama ibu kandungnya.
Berselang beberapa kemudian, langkahku tiba-tiba terhenti melihat tingkah aneh seorang lelaki berusia uzur yang tengah menyulut lengannya dengan rokok tembakau.
Wooww..sungguh menakjubkan.......gumanku dalam hati, sembari mendekati pria rentah yang oleh masyarakat setempat, akrab disapa Ode Anwar itu. Ku abadikan atraksi aneh dihadapanku dengan camera yang sebelumnya sudah ku stand by kan.
Pertemuanku dengan Jumu’ dan Ode Anwar hari itu, seakan menghapus semua kesan lelah dan letih yang aku rasakan di sepanjang perjalanan dari ibukota Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar menuju Pulau Bonerate. (*)     

Menikmati Perjalanan Panjang Menuju Pulau Bonerate

Jam  di telfon selularku telah menunjukkan pukul 12. 24 WITA saat kapal motor yang kutumpangi melepas tambang di dermaga Rauf Rahman Benteng Selayar, untuk selanjutnya bertolak menuju Pulau Bonerate mengantarkan rombongan Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Pasimarannu  yang hari itu turut didampingi Kepala Desa Lambego, Sambali, dan Kades Batu Bingkung.
Hari  kamis siang itu, cuaca terbilang cukup teduh dan bersahabat, sehingga akupun dapat menikmati perjalanan panjang sambil sesekali mengarahkan pandangan ke arah tepian pantai yang dihiasi deretan pohon nyiur melambai di sepanjang pesisir arah selatan Kabupaten Kepulauan Selayar dengan latar belakang deretan pemukiman nelayan tradisional.
Melintasi pantai Padang, mataku langsung tertuju pada bangunan keramba apung tancap yang dalam kurun waktu lima tahun terakhir kerap disuarakan oleh Bupati Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai salah satu bentuk program pemberdayaan masyarakat nelayan pesisir.
Sejenak aku berpikir, tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan pesisir di daerah penghasil jeruk manis itu mulai menunjukkan peningkatan, terlebih lagi dengan ikut meningkatnya pendapatan nelayan dari hasil menggarap keramba apung tancap.
Indah panorama alam laut lepas pantai bagian selatan Kabupaten Kepulauan Selayar seakan terus membangkitkan naluri dan insting Jurnalistikku untuk mengabadikan beberapa moment  gambar yang sempat terlihat di sepanjang perjalananku menuju Pulau Bonerate, dua diantaranya yakni, bangunan mercusuar di perbatasan Desa Appatanah dan Desa Tambolongan, serta pemandangan sunset di atas langit Desa Polassi.
Dari arah kejauhan, pemandangan Pulau Kayuadi dan Pulau Panjang pun mulai nampak jelas terlihat, sebagai simbol teduhnya perairan laut Kabupaten Kepulauan Selayar. Ekspedisi pelayaranku ke Pulau Bonerate terasa kian sempurna di saat mataku tertuju pada lompatan se ekor ikan pari dan terangnya bintang langit yang disempurnakan oleh pemandangan rembulan memerah yang baru akan meninggalkan peraduannya.          
Sampai-sampai, kekuatan pergantian arus di tengah laut  luas pun seakan tak berarti apa-apa bagiku. Bahkan, kekuatan arus yang sesekali memukul-mukul ke arah badan kapal kuanggap tak lebih dari sekedar irama musik sendu di tengah perjalanan.
Kapal motor Karya Murni yang kutumpangi bersama dengan rombongan Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Pasimarannu tiba dengan selamat di Dermaga Panjang Pulau Bonerate sekira pukul 04.00 hari, Kamis dini hari.(*)
   

TOP RELEASE

Gaul Cell Selayar

Gaul Cell Selayar
Jual Beragam Jenis Telefon Selular & Melayani Service Kerusakan Ponsel
Powered By Blogger