Menatap Pesona Sunset Bumi Tanadoang

Menatap Pesona Sunset  Bumi Tanadoang

Selasa, 06 Desember 2011

Penemuan Mayat di Selayar Dipastikan Penumpang KM Senopati Nusantara

Dari 4 Mayat yang ditemukan nelayan di perairan Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan, satu diantaranya dipastikan merupakan korban KM Senopati Nusantara yang tenggelam di Perairan Mandalika, Jawa Tengah.
"Pada mayat tersebut, terikat dua buah pelampung utuh, yang pertama bertuliskan KM Senopati Nusantara Semarang 854. Sedangkan pelampung yang satunya tidak bernomor," ujar Koordinator Satlak Kabupaten Kepulauan Selayar, H. Nadeng, ketika dihubungi wartawan, Senin (29/01/2007) lalu.
  

Mengais Rezeki Dari Ceceran Buah Kelapa Rutinitas Harian Agus, DKK

Hari mulai beranjak petang, saat sekelompok bocah usia sekolah dasar melintas di depanku dengan menenteng delapan biji buah kelapa yang mereka pungut dari semak belukar di sekitar rumahnya yang secara kebetulan dipadati rerimbunan pohon kelapa.
Aktivitas mencari ceceran buah kelapa dari semak belukar di lingkungan Bonea, Kelurahan Benteng Utara, Kecamatan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan, diakui Agus sudah merupakan kegiatan rutin yang setiap hari dilakoninya bersama beberapa orang rekannya yang lain, setelah kembali dari sekolah.
Setelah berhasil mengumpulkan ceceran buah kelapa, merekapun beranjak menuju rumah Hadijah, perempuan tua yang sehari-harinya menjadi langganan tempat penjualan buah kelapa hasil jeripayah Agus dan kawan-kawannya.
Hari itu, Selasa, (6/12) petang, Agus dkk, berhasil membawa pulang delapan biji buah kelapa yang dijual seharga Rp. 4000,-. Uang ini, setidaknya cukup untuk menutupi kebutuhan biaya jajan mereka di sekolah.
Selain memungut buah kelapa dari semak belukar, Agus juga mengaku, kerap kali mengumpulkan besi-besi bekas dari tempat pembuangan limbah rumah tangga yang dijumpainya, untuk kemudian dijual kepada penimbang barang-barang rongsokan.  
Oleh Hadijah, kelapa-kelapa tersebut selanjutnya dijual kepada pembeli lain, terutama, kepada para pembuat kue-kue tradisional dengan harga bervariasi antara Rp. 1000,- sampai Rp. 1500,-, tergantung dari ukuran besarnya.
Meski pembeli kelapa langganannya, tak jarang memilih-milih buah kelapa yang akan dibelinya, terlebih, bila yang membeli adalah petani produsen kopra dan minyak fermentasi.(fadly)
   
      
     

Kisah Mistis Menyertai Tersesatnya Jejak Sang Peneliti Tambang Nikel Asal Jakarta

Memasuki hari ke delapan tersesatnya peneliti tambang nikel asal Jakarta bernama Nurman, (48 tahun) beragam cerita mistis tentang keberadaan kampung Dulang, sebuah perkampungan tua misterius di dataran Desa Lambego, Kecamatan Pasimarannu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan mulai santer diperbincangkan sejumlah kalangan.
     Menurut penuturan sejumlah narasumber dilapangan, kampung Dulang adalah sebuah wilayah yang terbentuk dari tetesan darah seorang ibu hamil saat akan melahirkan anak pertama dari hasil pernikahan sirinya’ dengan seorang lelaki yang tidak mendapat restu dari pihak keluarganya.
            Sampai akhirnya, terbentuklah sebuah danau menyerupai laut di atas perbukitan, ex. kampung Dulang. Danau inilah yang oleh masyarakat Desa Lambego kemudian diyakini, telah menenggelamkan bangunan rumah kayu milik pasangan suami istri yang dengan sengaja mengasingkan diri ke Kampung Dulang. Setelah, pernikahan mereka tidak mendapat restu dari pihak keluarga wanita.
            Konon, sebelum berubah menjadi danau, kampung Dulang, acap kali menjadi sasaran penyerangan kelompok penyamun. Hingga pada suatu hari, kampung ini sengaja disembunyikan oleh salah seorang tokoh adat setempat.
            Sayangnya, Sang Tokoh Adat  keburu meninggal dunia, sebelum sempat memunculkan kembali kampung Dulang yang hingga saat ini letaknya masih misterius dan hanya bisa diakses orang-orang tertentu yang memiliki pertautan darah dengan penduduk asli Kampung Dulang.
            Penduduk  kampung ini baru akan bisa memunculkan wujud aslinya, tatkala terdengar teriakan informasi berupa undangan hajatan perkawinan dari lingkungan keturunan asli kampung Dulang yang telah berpindah ke kampung lain, sebelum kampung mereka disembunyikan untuk menghindari serangan kelompok penyamun atau perampok.
            Biasanya, teriakan undangan hajatan sengaja disampaikan pihak keluarga dekat, di sekitar lereng bukit Desa Lambego dengan maksud agar teriakan tersebut bisa lebih cepat terdengar oleh penduduk Kampung Dulang.
            Kisah lain menyebutkan, di atas danau menyerupai lautan luas ini tumbuh sebatang pohon cabai yang pohonnya mengalahkan ukuran bangunan rumah masyarakat pada umumnya.
Kendati demikian, pohon cabai raksasa tersebut tidaklah bisa dijumpai oleh sembarangan orang, kecuali mereka yang sedang berada di bawah alam sadar.
Informasi lain yang berhasil dihimpun wartawan menyebutkan, saking luasnya, hamparan danau menyerupai bentangan laut luas di atas perbukitan Desa Lambego ini bahkan sangat memungkinkan pengunjung untuk melakukan aktivitas memancing ikan yang hidup dan tumbuh berkembang di sekitar areal danau.
Namun sayang seribu sayang, sebab untuk bisa sampai ke danau tersebut,  pengunjung harus didampingi oleh warga masyarakat yang memiliki pertautan darah dengan penduduk asli kampung Dulang.
Karena bila tidak, pengunjung bersangkutan dikhawatirkan akan disembunyikan oleh lelembut atau sejenis mahluk halus yang saat ini menghuni Danau Kampung Dulang, Desa Lambego, Kecamatan Pasimarannu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan.
Mungkinkah, peneliti tambang nikel, asal Jakarta, bernama Nurman ini telah menjadi tumbal mahluk halus sejenis lelembut yang menghuni hutan Pulau Lambego ???
Ikuti terus, penelusuran Tim Badan SAR Nasional, Tagana, dan tim evakuasi dari jajaran Mabes Polri, bersama anggota Polsek Pasimarannu, dan Polres Kepulauan Selayar.
Semoga, anjing pelacak, tenaga paranormal, dan helikopter  yang telah diturunkan ke lapangan untuk membantu proses percepatan pencarian korban, bisa segera membuahkan hasil dan menjawab segala teki-teki dibalik tersesatnya jejak Sang Peniliti bernasib malang tersebut.(fadly syarif)     

Hujan Deras Berkah Bagi Masyarakat Petani

Masyarakat petani jagung di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan dapat kembali bernafas lega. Menyusul mulai tingginya curah hujan yang mengguyur daerah ini dalam beberapa pekan terakhir.
Terbukti, pertumbuhan bibit jagung mulai nampak semakin subur, sebagaimana yang terlihat dari pantauan wartawan di bebeberapa lokasi pembibitan jagung di dalam areal kota Benteng hari Selasa, (6/12) pagi.
Terutama di sepanjang areal Jl. Jend. Achmad Yani ke arah selatan Rumah Sakit Umum Daerah KH. Haiyung Kabupaten Kepulauan Selayar yang rata-rata telah disulap menjadi areal lahan pertanian.(fadly)

Helikopter Polisi Jadi Tontonan Gratis Masyarakat Bumi Tanadoang

Helikopter milik Polda Sulselbar yang digunakan dalam proses penyisiran dan pencarian peneliti tambang nikel asal Jakarta yang hilang di Pulau Lambego, Kecamatan Pasimarannu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan, kembali mendarat di alun-alun tribun lapangan pemuda Benteng.
Pendaratan helikopter yang telah sepekan terakhir melakukan penyisiran di atas langit Pulau Lambego tersebut, kontan menjadi tontonan gratis bagi warga masyarakat Benteng dan sekitarnya. terutama di kalangan anak-anak usia sekolah dasar.
Dari pantauan wartawan di lapangan terlihat, beberapa orang bocah mencoba melihat langsung dari dekat bentuk depan, dan bagian dalam helikopter polisi bernomor lambung P-III 3 ini.
Para bocah tersebut rata-rata datang ke areal lapangan Pemuda Benteng, dengan menggunakan sepeda dan langsung memposisikan sepedanya di samping kiri dan kanan ekor helikopter. (fadly syarif)             

Catatan Pahit Getir Kehidupupan Journalis

Defisit Anggaran Pembangunan Dan Belanja Daerah yang sudah dalam kurun waktu dua tahun anggaran terakhir, melanda lingkungan Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan, tampak mulai berpengaruh signifikan terhadap kelancaran perputaran roda perekonomian di daerah ini.
Bahkan, imbas defisit anggaran mulai turut mempengaruhi kelancaran operasional kegiatan peliputan di kalangan para pekerja kuli tinta di daratan Bumi Tanadoang, terutama untuk mengolah data dan informasi menjadi sebuah berita.
Pasalnya, pembayaran biaya langganan koran pun terkadang baru dibayarkan bendahara pemerintah pada bulan ketiga dalam tahun berjalan. Itupun, bila anggaran daerah tidak sedang mengalami defisit seperti sekarang.  
Dalam kondisi seperti itu, konsekuensi meminjam computer SKPD, sampai Laptop perangkat pemerintah desa terkadang menjadi sebuah hal yang tak lagi dapat terhindarkan.
Terlebih lagi, untuk mendukung kelancaran tugas pengolahan berita yang harus dikirim ke meja redaksi masing-masing media. Cara ini tak jarang dilakukan para pekerja kuli tinta lokal di saat mereka harus mengejar deadline.
Kondisi terparah terkadang dialami wartawan media harian, baik terbitan regional Sulsel, maupun media terbitan nasional yang jam deadlinnya telah ditetapkan redaksi hanya sampai pada pukul 15.00 WITA.
Pada musim paceklik seperti ini, camera yang harusnya menjadi satu-satunya senjata seorang pekerja kuli tinta tak jarang harus ke luar masuk rumah gadai untuk menutupi tingginya biaya operasional pengiriman berita via warnet yang tak jarang pula menumpuk menjadi sebuah catatan utang.
Untuk aku pribadi,  di luar dugaan, pembengkakan nilai utang pengiriman berita di warnet untuk tahun 2011 mengharuskan aku untuk  kembali menggadaikan satu-satunya camera shoot mini DV kesayanganku, senilai Rp. 600.000,- kepada salah seorang rekan dekatku.
Parahnya, karena camera shoot cadangan yang kuharapkan bisa digunakan sementara pun, tiba-tiba mengalami kerusakan mekanik yang membutuhkan biaya perbaikan senilai kurang lebih Rp. 1.000.000,-.
Jangankan untuk memperbaiki camera, membeli tas sandangpun untuk tahun ini rasa-rasanya sangat berat bagiku terlebih disaat kondisi uang simpanan kian menipis. Padahal, harga tas sandang sebenarnya tidaklah seberapa.
Menggunakan tas sobek yang sudah nyaris putus, masih jauh lebih baik, ketimbang aku harus menggadaikan independensi kewartawananku hanya untuk meraup rupiah. 
Meski harus kuakui, biaya kos-an untuk bulan Desember bulan belum lagi lunas terbayar. Dalam kondisi ini, sepertinya aku harus berpikir lebih dalam lagi bagaimana caranya mencetak rupiah yang lebih besar, paling tidak, untuk bisa menutupi biaya kos-anku sebesar Rp. 300.000,- perbulannya.  (*)       

TOP RELEASE

Gaul Cell Selayar

Gaul Cell Selayar
Jual Beragam Jenis Telefon Selular & Melayani Service Kerusakan Ponsel
Powered By Blogger