Menatap Pesona Sunset Bumi Tanadoang

Menatap Pesona Sunset  Bumi Tanadoang

Sabtu, 10 Maret 2012

Kenaikan BBM Solusi Atau Malapetaka??


Issu kenaikan BBM yang kembali digelindingkan Pemerintah Pusat di awal tahun 2012, kontan  mengundang keprihatinan sejumlah pihak, salah satu diantaranya, Lembaga Kohati Badko wilayah Sulselbar yang pada hari Jumat, (9/3) kemarin, berhasil menggelar Dialog Publik Bertajuk, “Kenaikan BBM Solusi Atau Musibah Bagi Asap Dapur”.
Sebahagian orang mengatakan, kenaikan BBM harus dilakukan. Namun tak sedikit pula yang merasa khawatir, Issu kenaikan BBM sengaja diwacanakan pemerintah dengan tujuan untuk memancing naiknya emosi masyarakat.
Paling tidaknya, saat BBM akan dinaikkan, mahasiswa sebagai pembela masyarakat yang hanya menjalankan legitimasi akan melakukan demonstrasi bersama rakyat sebagai obyek penderita.
Dan pada saat bersamaan, Presiden, Susilo Bambang Yudhoyono akan  mengambil keputusan untuk mengembalikan harga BBM agar tetap berada pada level normal. Sehingga dengan sendirinya, akan lahirlah pencitraan di mata masyarakat, bahwa presiden masih mampu dan layak memimpin negara Republik Indonesia ini.
Sebagai kesimpulan dan inti dari persoalan ini, kenaikan BBM sepertinya sengaja didramatisir sebagai wahana untuk sekedar cari-cari muka  bagi kelompok pemimpin dan penguasa agar dapat kembali memenangkan dan menduduki kursi presiden, demikian ungkapan keprihatinan seorang aktivis pemerhati masyarakat yang menamakan diri, analisa kiri.
Pandangan lain mengungkapkan, kenaikan BBM bukanlah sebuah solusi. Akan tetapi, kehadirannya dinilai tak lebih dari sekedar musibah pembawa malapetaka bagi keberlangsungan perputaran ekonomi masyarakat. (*)

Jumat, 09 Maret 2012

Menjejal Sejarah Penamaan Kota Pahlawan Dari Dusun Cinimabela Sampai Dusun Appabatu


Slogan kota sejarah dan pahlawan yang diabadikan masyarakat Kecamatan Bontomanai, Kabupaten Kepulauan Selayar pada pintu gerbang ibukota kecamatannya, ternyata bukanlah sekedar simbol tanpa dasar sejarah sama sekali.
Terbukti, di Dusun Cinimabela masih ditemui keberadaan pondasi ex bangunan markas penjajah Jepang, sebelum penjajah Belanda kembali datang ke Kabupaten Kepulauan Selayar dan meluluh lantakkan benteng pertahanan milik penjajah Nippong atau Jepang.
Sementara itu, jauh di dalam semak belukar yang membungkus salah satu areal lahan pertanian di daerah tersebut  juga ditemukan sebuah sumur tua berlantai bebatuan. Oleh warga masyarakat setempat, sumur tua yang diyakini merupakan peninggalan pemerintah Jepang ini kemudian diberi nama Buhung Bakkara.
Sayang sekali, karena tak sedikitpun cerita yang berhasil didapatkan terkait dengan asal mula penamaan Buhung Bakkara ini. Pasalnya, tak ada lagi orang tua atau tokoh masyarakat yang bisa bercerita banyak tentang sejarah masa lalu di bekas wilayah kekuasaan Opu Bonea, termasuk mengenai asal-usul penamaan Buhung Bakkara.
Meninggalkan Dusun Cinimabela, penelusuran kembali berlanjut ke Dusun Appabatu yang merupakan pintu gerbang utama menuju desa-desa lain di sepanjang bagian timur wilayah Kecamatan Bontomanai.
Di dusun ini, terdapat sedikitnya dua buah sumur dan sebuah bak penampungan air yang mulai diselimuti rerumputan. Diantara kedua sumur tua di lokasi itu, salah satu diantaranya merupakan sumur tua peninggalan Jepang  yang masih lengkap dengan bak mandinya.
Salah seorang warga di dusun tersebut menuturkan, “Dulunya, sumur tua ini tak lebih dari sebuah sumur batu. Dan baru pada era tahun 1970-an, sumur yang berjarak sekira seratus meter dari arah pintu Dusun Appabatu tersebut, ditingkatkan statusnya menjadi sebuah sumur semen berdinding.
Sementara, tak jauh dari lokasi sumur ikut dibangun sebuah mck yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci masyarakat sekitar. Kendati belakangan, kedua sumur yang berhadapan dengan areal tambak ini  tak lagi dimanfaatkan masyarakat dengan alas an airnya  yang asin.
Sampai akhirnya, kedua buah sumur dimaksud tinggal menjadi sebuah bangunan sejarah terbengkalai, terbungkus rerimbunan semak belukar dan hanya bisa diam membisu menyaksikan kendaraan hilir mudik di sekitarnya, tanpa sedikitpun meninggalkan serpihan catatan sejarah untuk generasi Bumi Tanadoang.(*)               

Benda Cagar Budaya, Saksi Bisu Keberadaan Kerajaan Kecil Di Selayar


Dusun Cinimababela, Desa Parak, Kecamatan Bontomanai banyak disebut sebagai salah satu basis kekuasan Pemerintah Jepang.. Setelah sebelumnya, mereka pernah tinggal mendiami Dusun Appabatu, lokasi pertama kali penjajah Nippong  membangun markas pertahanan yang oleh masyarakat lokal Kabupaten Kepulauan Selayar diistilahkan dengan bangunan Bangsal.
Selain merupakan basis pertahanan Jepang, Dusun Cinimabela juga dikenal sebagai salah satu daerah kekuasaan Opu  Ri Bonea yang kala itu memimpin kerajaan Opu Bonea. Pengungkapan fakta ini dibuktikan dengan keberadaan dua buah benda cagar budaya peninggalan Opu Bongko, wanita berusia sekira ratusan tahun yang tak lain adalah sepupu satu kali Opu Bonea.
 Pada zaman kerajaan, kedua benda yang kerap diistilahkan dengan pa'pejaang ini kerap  digunakan sebagai wadah pembuangan ludah oleh keluarga raja atau pun keturunanya.  Satu hal  yang pasti, bahwa pa’pejaang seperti ini dulunya tidak dapat digunakan oleh orang yang tidak berasal dari kalangan keluarga raja atau  bangsawan yang pada era tersebut banyak diistiah dengan Gaukang.
Pa’pejaang ini dijumpai di rumah mantan Kepala Dusun Cinimabela, Mappanai Dg, Matarang (75 thn).  Pria berusia paruh bayah berambut uban inu mengaku mulai memangku jabatan kepala Dusun sejak tahun 1972-1974 silam.
 Di rumah mantan kepala dusun Cinimabela periode 1998-2001 ini, didapati pula sebuah senjata jenis tombak kerajaan yang oleh masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar kerap diistilahkan dengan poke.
Lebih jauh, dari atas rumah berukuran 10 x 15 ini pula, ditemui keberadaan wadah penyimpanan beras zaman ke opuang yang kerap diistilahkan dengan Tarakang, berikut beberapa benda-benda peninggalan lain, seperti radio tua yang jenis dan bentuknya sudah sangat langka atau bahkan tidak lagi dapat ditemui beredar secara umum di tengah-tengah masyarakat di wilayah ini.
Benda cagar budaya lain yang ikut ditemui di rumah sang kadus diantaranya, ranjang atau tempat tidur besi, dan mesin ketik manual peninggalan  zaman penjajahan. Sementara, di rumah tetangganya juga berhasil ditemui keberadaan tiga radio tua tua berbungkus debu.(fadly syarif)

Kamis, 08 Maret 2012

Penilaian Lomba Penataan Wilayah Nobatkan Kecamatan Buki Raih Predikat Kecamatan Terbaik


Lomba penataan wilayah tingkat kecamatan Se Kabupaten Kepulauan Selayar yang digelar dalam rangka menyambut dan memeriahkan pelaksanaan penilaian kota adipura tahun 2012  secara resmi menobatkan Kecamatan Buki menempati predikat kecamatan terbaik dari enam wilayah kecamatan daratan.
Penetapan predikat kecamatan terbaik yang berhasil diraih Kecamatan Buki diakui sekretaris camat, tak lepas dari dukungan dan peran serta dua wilayah desa berprestasi di kecamatan itu, yakni, Desa Lalang Bata dan Desa Bontolempangang. Hal tersebut disampaikannya dalam sebuah kesempatan berbincang dengan wartawan di ruang kerjanya belum lama ini.(*)
  

Rabu, 07 Maret 2012

Pelestarian SDA Laut Kepulauan Selayar Butuhkan Sentuhan Kebijakan Berbasis Kearifan Lokal


Kebijakan penetapan perubahan nama Kabupaten Selayar sebagai kabupaten kepulauan dengan mendasari jumlah luas wilayahnya yang dua pertiga diantaranya merupakan perairan laut yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam hayati, bukan sebuah hal yang berlebihan.
Sebab daerah ini, terbukti memiliki kekayaan sumber daya biota laut yang melimpah dan membutuhkan sentuhan kebijakan berbasis kearifan lokal. Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa jenis spesies biota laut, hasil tangkapan masyarakat, semisal lobster, dan ikan hius, jenis tutul yang ternyata  banyak menempati kawasan Dermaga Rauf Rahman Benteng, Selayar.
Salah satunya berhasil dibuktikan  melalui hasil pancingan lobster yang dilakukan Kepala Seksi Irigasi, Bidang Sumber Daya Air, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Selayar, Muh. Ramli ST, bertempat, di bibir dermaga Rauf Rahman, belum lama ini.
Tak hanya lobster yang berhasil dipancingnya, dia bahkan mengaku sempat mendapat se ekor anak ikan hiu, jenis tutul berukuran sekira 30 centi meter. Namun, karena ukurannya yang relatif masih sangat kecil dan dimungkinkan untuk tumbuh dan berkembang untuk menjadi lebih besar lagi, maka,  ikan tersebut langsung dilepaskan kembali ke habitat awalnya.
Terkait keberadaan beragam spesies biota laut yang banyak menempati bibir dermaga Rauf Rahman, Ramli berharap, pemerintah dan masyarakat pemanfaat sumber daya alam laut dapat lebih arif dan bijaksana di dalam melakukan kegiatan pelestarian kawasan laut, berikut biota-biota laut yang terdapat di dalamnya.
Kelompok masyarakat pelaku yang kerap melakukan pencarian ikan pada saat air laut sedang surut di malam hari atau yang dalam dialek Bahasa Selayar, akrab disebut pasulo ini, bisa melakukan pengambilan sumber daya ikan secara ramah lingkungan dengan tidak melakukan pembongkaran batu, atau pun karang laut yang merupakan tempat hidup dan berkembangnya ikan  atau pun, lobster.
Senada dengan hal tersbut, Kepala Bidang UKM Dinas Koperasi, Perindustrian, Pertambangan dan Energi Kabupaten Kepulauan Selayar, Baso Kasim DM, SE, menuturkan, pemerintah kabupaten, sudah sepatutnya melakukan pola pendekatan prefentif terhadap kelompok-kelompok masyarakat nelayan pesisir yang masih kerap dijumpai melakukan kegiatan penangkapan ikan dengan pola destructif fishing.
Dikatakannya, upaya menekan dampak negatif kegiatan penangkapan ikan dengan pola destructif fishing membutuhkan perhatian adanya serius dan komprehensif dari segenap pihak dan stekholder pemegang kebijakan di level atas.
Kegiatan illegal fishing membutuhkan penanganan secara khusus dan sistematis dengan tetap mengacu dan mempertimbangkan segala bentuk keterbatasan yang dimiliki masyarakat nelayan lokal Kabupaten Kepulauan Selayar, dimulai dari persoalan keterbatasan alat tangkap, sampai kepada persoalan, keterbatasan keterampilan masyarakat di dalam pengelolaan potensi serta sumber daya alam yang terdapat di sekitar mereka.
Selain itu, masyarakat juga dinilai sangat membutuhkan sentuhan bantuan pemberdayaan dari pemerintah, terkhusus dari instansi terkait dan berkompoten lainnya. Menurutnya, kegiatan illegal fishingm merupakan sebuah persoalan komprehensif dan kompleks.
Dalam kaitan itu, penanganan persoalan illegal fishing ini dinilai membutuhkan pola perencanaan yang tersusun secara sistematis, matang, terkoordinir dan terstruktur, cetus putra asal Kabupaten Bulukumba ini kepada wartawan belum lama ini. (fadly syarif)     
  
 

TOP RELEASE

Gaul Cell Selayar

Gaul Cell Selayar
Jual Beragam Jenis Telefon Selular & Melayani Service Kerusakan Ponsel
Powered By Blogger