Lahir dalam kondisi normal, tentu merupakan impian terindah yang diharapkan oleh semua manusia di atas permukaan bumi ini. Dan tak satupun, mahluk ciptaan Allah SWT yang menghendaki dirinya terlahir dalam kondisi tidak normal, atau dengan kata lain, menunjukkan ketidak mampuan mental, emosi, dan fisik.
Keinginan yang sama sudah pasti pernah dirasakan pepe. Begitulah orang kerap menyapa bocah penderita tunarungu, berusia sekira 12 tahun, asal Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan ini.
Lantaran tidak mampu untuk berkomunikasi secara normal seperti orang-orang di sekitarnya, pepe terpaksa harus berbicara dengan menggunakan bahasa isyarat yang sesekali diikuti suara berintonasi tinggi, meski tak seorangpun di sekitarnya yang mampu memaknai ucapannya.
Yang pasti, bahwa pepe adalah bocah periang dan murah senyum yang pandai berpose di depan camera. Terbukti, pepe acap kali memperdengarkan gelak tawanya, dikala dia merasakan ada sesuatu yang lucu di sekitarnya. Tak terkecuali, disaat penulis mencoba mengabadikan gambarnya.
Saat camera diarahkan padanya, pepe langsung memasang action dengan mengacungkan dua jarinya, sembari tersenyum ringan sebagai gambaran keluguan hati seorang bocah tak berdosa yang tengah mencari jati dirinya.
Dilihat dari sikap dan perangainya, “pepe” persis sama dengan bocah lain seusianya yang suka bermain dan sesekali tertawa renyah. Satu kelebihan yang dimiliki seorang pepe, karena dibalik ketidak mampuannya berbicara, “pepe” ternyata mampu mengoperasikan computer yang dilengkapi perangkat personal warnet.
Kemahiran pepe mengoperasikan computer sangat jelas terlihat, dikala pepe mencoba untuk mengkoneksikan jaringan internet di warnet Asix langganannya dengan menggunakan peramban google chrome yang tertera di layar computer.
Sebuah warung internet yang terletak di Jalan poros Bonea, Kelurahan Benteng Utara, Kecamatan Benteng, tepatnya di ujung sebelah utara Ibukota Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar