Rencana pemaksaan kenaikan harga bahan bakar minyak bukan solusi, malah sebaliknya akan berbuntut menimbulkan malapetaka yang sekaligus dinilai bakal memperlihatkan kegagalan para pemimpin negeri ini.
Pasalnya, kenaikan harga BBM dipastikan akan berpengaruh signifikan terhadap merangkak naiknya, harga bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat di pasaran, utamanya untuk konsumsumsi makanan bergizi. Selain itu, masyarakat juga sangat menyayangkan semakin mahalnya biaya pendidikan.
Lebih jauh, rencana kenaikan harga bahan bakar minyak juga telah ikut berbias pada mulai melejitnya harga ikan yang naik dua kali lipat dari harga normal, disusul dengan terjadinya kenaikan harga ayam di pasaran.
Salah seorang ibu rumah tangga yang sempat disambangi wartawan pada salah satu lokasi pasar tradisional di Sulawesi-Selatan menyebutkan, pasca dihembuskannya, issu kenaikan harga BBM tinggal, harga tempe yang tetap stabil dan sama sekali tidak mengalami kenaikan.
Menanggapi keresahan ini, salah seorang mahasiswi perguruan tinggi swasta asal kota Makassar menyampaikan, seharusnya masyarakat sadar dan menjadikan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak sebagai motivasi untuk terus berusaha mencari pekerjaan.
Dia berharap, masyarakat tidak terlalu banyak bicara. Sebab, pemerintah tidak mungkin akan bisa dan mampu melihat kondisi kehidupan semua lapisan warga masyarakat, yakin saja, cetusnya.
Sebagai solusinya, pemerintah diharapkan bisa membuka lebih banyak lapangan pekerjaan untuk mengurangi pertambahan jumlah penduduk miskin yang dimungkinkan timbul dan diakibatkan oleh terjadinya kenaikan harga barang dan bahan bakar minyak melalui penerapan rumus : motivasi-usaha-dapat kerja-gaji/upah(uang) untuk keperluan pembelian barang.
Di sisi lain, pemerintah dituntut untuk memikirkan seluruh golongan masyarakat. Utamanya, rakyat miskin dan rakyat yang akan segera jatuh miskin karena kehidupannya dimatikan dengan berbagai kenaikan harga yang justeru dirancang oleh pemerintah. Padahal, pemerintah seharusnya menjadi pengayom perekonomian rakyat.
Pertanyaannya kemudian, masih adakah, aparatur negara yang memikirkan rakyat, atau malah sebaliknya, mereka semua hanya sibuk memperkaya diri ?? (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar