Kehidupan pemulung TPA di Kabupaten Kepulauan Selayar masih menyisakan sejuta teka-teki menyusul belum diketahui pastinya motif yang melatar belakangi kehidupan para pencari barang bekas yang kerap beroperasi di sekitar lingkungan Tempat Pembuangan Akhir sampah yang terletak di Dusun Kaburu, Desa Jambuiya, Kecamatan Bontomanai ini.
Banyak pihak yang mengatakan, kehidupan pemulung TPA tak lebih dari sekedar mata pencaharian sampingan dan pengisi waktu, setelah musim kopra berlalu, atau pengisi waktu senggang, sembari menantikan buah kelapa mereka mulai menua untuk selanjutnya diolah menjadi kopra.
Dikatakan demikian, sebab rata-rata para pemulung ini memiliki lahan perkebunan yang lokasinya tidak berjauhan dengan kawasan tempat pembuangan akhir, sehingga begitu mobil pengangkut sampah datang, mereka pun spontan berhamburan menuju TPA untuk mengais sampah-sampah plastik bekas buangan masyarakat kota Benteng.
Salah seorang staf bidang pengelolaan dan pembuangan akhir TPA yang sehari-harinya aktif bertugas di lingkungan Dinas Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Kepulauan Selayar menuturkan, para pemulung barang bekas di kawasan TPA ini biasanya mulai bekerja mengumpulkan plastik aqua, dan kaleng susu bekas antara pukul 08.00 hingga pukul 18.00 Wita.
Satu hal yang pasti, bahwa mereka tidak satupun yang terlihat tinggal menempati kawasan tempat pembuangan akhir. Bilapun ada bangunan tenda-tenda yang mereka bangun lokasi tersebut, tak lebih dari sekedar tempat bernaung dan beristrahat para pemulung seusai bekerja mengais rezeki diantara tumpukan sampah menggunung berbau.
Di bawah bangunan tenda-tenda plastik berukuran variatif antara 2x 4 meter sampai 4x4 meter ini pula para pemulung terkadang bekerja mengemas barang-barang hasil pilahan mereka ke dalam karung-karung plastik yang telah disediakan sebelumnya.
Bahkan, tak sedikit diantara mereka yang harus menjadikan pohon besar di sekitar areal TPA sebagai tempat berteduh dan mengemas barang-barang bekas yang telah dikumpulkannya untuk selanjutnya dijual kepada para pedagang pengumpul.
Para pemulung yang terdiri dari anak usia sekolah dasar dan orang dewasa ini, biasanya baru akan beranjak pulang ke rumahnya masing-masing saat hari menjelang malam. Dikala azan magrib mulai terdengar berkumandang di masjid.
Sebelumnya, mereka akan terlebih dahulu mengunci bangunan tenda-tenda tempat mereka menyimpan dan mengamankan barang-barang pilahan yang telah dikemas ke dalam karung.
Meski tidak demikian halnya, bagi mereka kelompok pemulung suami-istri yang datang ke lokasi TPA dengan membawa perbekalan makanan seadanya.
Ada cerita menarik dari kehidupan tempat pembuangan akhir sampah di Desa Kaburu, bahwa ternyata lokasi ini tidak hanya menjadi sumber penghidupan manusia, tetapi kawasan TPA ternyata juga merupakan sumber kehidupan bagi 20 an ekor ternak piaraan masyarakat, baik sapi, kambing, maupun anjing-anjing liar berotak manusia di sekitar areal pembuangan akhir sampah ini.
Dikatakan ternak berotak manusia, sebab sapi, kambing, dan anjing-anjing liar ini baru akan mendatangi lokasi tempat pembuangan akhir setiap kali armada mobil pengangkut sampah datang membawa sampah-sampah buangan masyarakat kota yang terdiri dari sampah dedaunan maupun sisa-sisa makanan.
Sisa-sisa makanan inilah yang selanjutnya menjadi santapan anjing-anjing liar di sekitar areal TPA. Sedangkan, sapi dan kambing datang berburu sampah dedaunan. Hal tersebut dijelaskan Kepala Bidang Pengelolaan dan Pembuangan Akhir, Dinas Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Kepulauan Selayar, Drs.Bahtiar Dg. Pattale kepada wartawan di ruang kerjanya belun lama ini.
Kendati masih terdapat cerita lain yang lumayan memprihatinkan, bahwa ternyata dari sekian banyak warga pemulung yang kerap beroperasi di kawasan TPA dua diantaranya sempat diberikan pinjaman uang sebesar satu juta rupiah dari Dinas Kebersihan & Pertamanan untuk kepentingan biaya pembayaran penerangan listrik rumah tempat tinggal mereka.
Parahnya lagi, karena sampai saat ini mereka ternyata belum mampu melunasi panjar pembayaran listrik yang dipinjamnya dari Dinas Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Kepulauan Selayar.
Terkait hal tersebut, Kepala Dinas Kebersihan & Pertamanan Kabupaten Kepulauan Selayar, Drs. Odding Karim, M.H banyak berharap untuk dapat melakukan pemberdayaan kehidupan warga pemulung di kawasan TPA.
Sudah saatnya, warga pemulung diorganisir dalam wadah organisasi komunitas pemulung untuk kemudian, diberdayakan melalui pembentukan koperasi pemulung sebagai fasilitator penampung dan pembeli barang-barang bekas hasil pilahan para pemulung itu sendiri.
Sehingga, barang hasil pilahan para pemulung ini tidak lagi tinggal dan menjadi pemandangan kumuh di sekitar kawasan TPA. Odding berharap, tak hanya koperasi yang banyak berperan di dalam pemberdayaan kelompok pemulung.
Akan tetapi, institusi pemberdayaan perempuan dan pemberdayaan masyarakat pun diharapkan dapat mengambil peran serta pada kepentingan peningkatan taraf perekonomian komunitas pemulung TPA untuk menunjang terwujudnya visi Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai kabupaten yang sejahtera, maju & religius. (fadly syarif)