Ditinjau dari
sudut pandang letak geografisnya yang terpisah dari daratan
Sulawesi-Selatan ditambah dengan sepertiga wilayahnya yang dikelilingi
oleh bentangan laut luas membuat penamaan Kabupaten Kepulauan Selayar
tidak se tersohor kabupaten/kota lain di Indonesia.
Namun siapa
yang pernah membayangkan, bila daerah yang terletak di semenanjung
paling selatan Provinsi Sulawesi-Selatan ini ternyata memiliki
keanekaragaman potensi yang melimpah ruah, baik itu potensi sumber daya
alam, maupun potensi khasanah seni & budaya.
Salah satunya
dapat dibuktikan dengan kembali ditemukannya kepemilikan benda cagar
budaya berusia ratusan tahun oleh salah seorang warga masyarakat
Lingkungan Bonea, Kelurahan Benteng Utara, Kecamatan Benteng, bernama
Sitti Halijah (67 tahun).
Benda tersebut menyerupai sebuah piring
yang pada awal mulanya berwarna kuning keemasan. Akan tetapi, seiring
dengan usianya yang diperkirakan telah mencapai ratusan tahun, warna
kuning keemasannya pun perlahan pudar dan berubah menjadi kusam
kehijauan.
Bahkan, pinggiran bagian dalam benda tersebut mulai
bolong termakan karat, bersamaan dengan terus berputarnya rotasi waktu
dan pergantian tahun. Ditilik dari perwajahan dan warnanya yang mulai
kusam, benda ini seakan tak lagi memiliki nilai historis apa-apa bagi
sang pemilik barang.
Bagi seorang Sitti Halijah, benda tersebut
tak lebih dari sekedar pengalas wadah pembakaran dupa atau yang dalam
dialek bahasa Selayar kerap diistilahkan dengan Pa’dupa’ang.
Dalam
penuturannya kepada wartawan yang menyambangi rumahnya di lingkungan
Bonea, hari Selasa, (31/1) 2012 pagi, Sitti Halijah mengungkapkan, pada
awal mulanya, barang tersebut memiliki sebuah dudukan menyerupai baki
bundar berukuran besar.
Namun belakangan, dudukan dimaksud, raib
saat dialih fungsikan menjadi wadah penyimpanan makanan kambing piaraan
miliknya. Meski diakuinya, benda tersebut merupakan warisan ibunya,
(almarhumah) Dg. Tuleng.
Dg. Tuleng sendiri, mangkat sekira tiga
belas tahun silam, tepatnya, di tahun 2000 lalu, dalam usianya yang
telah menapaki seratus tahun kurang lebih. Sangat disayangkan memang,
karena Dg. Tuleng keburu dipanggil Sang Ilahi.
Hingga, tak banyak
cerita yang bisa didapatkan dan ditransfer sekaitan dengan asal muasal
benda bernilai sejarah tersebut, termasuk diantaranya, kisah menyangkut
lemari bupet tua, yang saat ini menghuni kolong rumah bernomor 20 di
lingkungan Bonea, Kelurahan Benteng Utara itu.
Meski demikian,
realita ini kembali menjadi bahan referensi dan pembuktian terbuka, akan
betapa besarnya keanekaragaman potensi wisata yang terkandung di daerah
berjuluk Bumi Tanadoang tersebut.
Dan seandainya mungkin,
keanekaraman potensi yang besar tersebut dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Maka bukan sebuah hal yang mustahil, bila kedepannya,
keanekaragaman ini akan dapat memberi nilai tambah tersendiri bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Kepulauan Selayar secara
umum. (Laporan : Fadly Syarif)